Apa kabarmu hari ini?
Sehatkah?
Sendukah?
Ah aku tau, kau pasti sedang tak
henti-hentinya ketiban ucapan selamat ulang tahun bukan?
Aku tak melupakan itu kok!
Sebagai kembaran tercantik dan
terimoed aku juga ikut ngantri hanya untuk ngucapin mu selamat (jangan marah,
ini kenyataannya)
Baik..
Aku memulainya dari mana yah?
Em...
Aku masih gugup.
Aku belum pernah menulis surat
sebelumnya, bagaimana ini.
Em.. ah... oke.
Aku mulai dari sini saja
Hening...
nyanyian ilalang bersahutan, memecah tabir senja yang kerontang.
aku terkesiap,
tatkala lonceng hati berdering 12x
teng...teng..teng...
teng...teng...teng...
teng...teng..teng...
teng...teng...teng...
tiba sudah
penantian itu.
Aku melihat sosok bayangan memasuki
raga yang lelap, membisikkan mantra-mantra tanpa lafadh Lalu ia tersenyum dan
meninggalkan kertas putih dengan sebatang bolpoint. Kulirik benda itu
lekat-lekat, namun aku kaget bukan main. Tatkala aku menemukan sesuatu di sana.
“Jangan pernah
tersenyum padaku, bila engkau tak bisa tersenyum pada lainnya
Jangan pernah
menangisiku, bila yang kau tangisi bukanlah seharusnya
Bungkam...
sumpal semuanya.
Bungkam..
sumpal seluruhnya..
Ini bahagiamu,
tapi tak pernah kau berbagi pada-Nya
Ini senangmu
namun tak kau ungkap dengan-Nya
Jangan,
jangan...
Butakan saja
mulutmu...
Bungkamkan matamu...
Bisukan
telingamu...
Tulikan saja
lisanmu.
Aku tau, Aku
Maha Tau.
No comments:
Post a Comment