Tuesday, May 27, 2014

27 Mei 2014

Ketika mereka yang kita cinta percayakan kita..
Ketika sahabat yang kita sayang percayakan kita..
Ketika teman dekat yang kita kasih percayakan kita...
Bahkan ketika orang yang tak kita kenal percayakan kita..
Haruskah kita menolak?
Haruskah kita menyingkir?
Haruskah... haruskah...
Itulah yang kurasakan saat usia itu genap 20th. Aku sudah memikirkan semua akibatnya matang-matang, bahkan sebulan sebelum tanggal itu tiba. Aku bertekad, aku harus ini.. aku harus begitu... aku sudah ini.. aku sudah begitu. Begitu banyak ungkapan-ungkapan yang terlintas di kepala, meraung-raung dalam rongga, ingin segera muntah dan keluar saja.
Tapi apa...
Ketika aku sudah menghadapi ia, merasakan hadirnya, mendekapnya langsung dengan mata. Aku justru takut, aku malah kawatir, aku mulai gelisah tak alang keringat panas-dingin mulai tumpah satu-satu. Saat ucapan selamat dari semua teman, sahabat, keluarga dan kerabat lainnya terlontar.
Aku terlempar jauh... sangat jauh.
Bagaimana mungkin, beban yang ku tanggung selama ini sudah sangat berat. Tapi, sekarang jauh lebih berat lagi. Tanggungjawab yang ku lakoni dulunya berat, tapi kini jauh lebih berat dari berton-ton benda padat.
Kata orang dua puluh itu adalah angka keramat...
Dua puluh itu angka mujarab...
Dua puluh itu angka (ah bingung saya cari akhiran yang sama)
Tapi, kali ini dua puluh menamparku talak.
 “Kebaikan apa yang sudah kau bekalkan nanti?
Kemana saja kaki itu kau langahkan?
Dimana saja kau habiskan waktu selama ini?
Sudahkah kau tundukkan pandangan ketika adam memandang?
Sudahkah kau tutupi auratmu sempurna?
Berapa lama kau habiskan waktu untuk mengunjing saudaramu?
Seberapa sulitkah engkau memaafkan dosanya?
Mengapa engkau biarkan saudaramu terbuka dan tak merasa malu?
Apakah kau sudah menjaga hati?
Bagaimana kau menunduk sedang yang lain masih menengadah?
Apa kau sudah siap dengan kematian?
Sudahkah kau beribadah selama ini?
Berapa banyak ibadah yang belum kau penuhi?
Berapa jumlah uang saudaramu yang belum kau lunasi?
Apa yang akan kau lakukan ketika engkau dipanggil kini?

Hening...
Nyanyian ilalang menyibak sunyi..
Pertanyaan itu seolah cambuk yang terus menikam kelamku, menusuk malamku dan mengoyak senjaku.
Apa yang harus kulakukan dengan angka dua puluh?
Ia begitu dekat... dekat.. dan mengikatku erat.. kuat... lekat
Aku takut... aku tak kuat..
Aku takut.. aku terjerat..
Aku takut.. aku terperangkap.
Aku takut, aku sesat.

Dimana..
Dimanakah cahaya putih yang menunggumu selama ini?
Katakan aku akan siap menjemputmu tanpa aba-aba.
 
Add caption
Terimakasih buat mak, ayah, adik, keluarga, sahabat, teman, akhwat dan ikhwan yang sudah mengucapkan selamat atas hadirku. Tapi aku masih takut, kalau aku belum mampu memikul semuanya sekaligus. Bantu aku menuju dewasa yang hakiki.
:’(

No comments:

Tuesday, May 27, 2014

27 Mei 2014

Ketika mereka yang kita cinta percayakan kita..
Ketika sahabat yang kita sayang percayakan kita..
Ketika teman dekat yang kita kasih percayakan kita...
Bahkan ketika orang yang tak kita kenal percayakan kita..
Haruskah kita menolak?
Haruskah kita menyingkir?
Haruskah... haruskah...
Itulah yang kurasakan saat usia itu genap 20th. Aku sudah memikirkan semua akibatnya matang-matang, bahkan sebulan sebelum tanggal itu tiba. Aku bertekad, aku harus ini.. aku harus begitu... aku sudah ini.. aku sudah begitu. Begitu banyak ungkapan-ungkapan yang terlintas di kepala, meraung-raung dalam rongga, ingin segera muntah dan keluar saja.
Tapi apa...
Ketika aku sudah menghadapi ia, merasakan hadirnya, mendekapnya langsung dengan mata. Aku justru takut, aku malah kawatir, aku mulai gelisah tak alang keringat panas-dingin mulai tumpah satu-satu. Saat ucapan selamat dari semua teman, sahabat, keluarga dan kerabat lainnya terlontar.
Aku terlempar jauh... sangat jauh.
Bagaimana mungkin, beban yang ku tanggung selama ini sudah sangat berat. Tapi, sekarang jauh lebih berat lagi. Tanggungjawab yang ku lakoni dulunya berat, tapi kini jauh lebih berat dari berton-ton benda padat.
Kata orang dua puluh itu adalah angka keramat...
Dua puluh itu angka mujarab...
Dua puluh itu angka (ah bingung saya cari akhiran yang sama)
Tapi, kali ini dua puluh menamparku talak.
 “Kebaikan apa yang sudah kau bekalkan nanti?
Kemana saja kaki itu kau langahkan?
Dimana saja kau habiskan waktu selama ini?
Sudahkah kau tundukkan pandangan ketika adam memandang?
Sudahkah kau tutupi auratmu sempurna?
Berapa lama kau habiskan waktu untuk mengunjing saudaramu?
Seberapa sulitkah engkau memaafkan dosanya?
Mengapa engkau biarkan saudaramu terbuka dan tak merasa malu?
Apakah kau sudah menjaga hati?
Bagaimana kau menunduk sedang yang lain masih menengadah?
Apa kau sudah siap dengan kematian?
Sudahkah kau beribadah selama ini?
Berapa banyak ibadah yang belum kau penuhi?
Berapa jumlah uang saudaramu yang belum kau lunasi?
Apa yang akan kau lakukan ketika engkau dipanggil kini?

Hening...
Nyanyian ilalang menyibak sunyi..
Pertanyaan itu seolah cambuk yang terus menikam kelamku, menusuk malamku dan mengoyak senjaku.
Apa yang harus kulakukan dengan angka dua puluh?
Ia begitu dekat... dekat.. dan mengikatku erat.. kuat... lekat
Aku takut... aku tak kuat..
Aku takut.. aku terjerat..
Aku takut.. aku terperangkap.
Aku takut, aku sesat.

Dimana..
Dimanakah cahaya putih yang menunggumu selama ini?
Katakan aku akan siap menjemputmu tanpa aba-aba.
 
Add caption
Terimakasih buat mak, ayah, adik, keluarga, sahabat, teman, akhwat dan ikhwan yang sudah mengucapkan selamat atas hadirku. Tapi aku masih takut, kalau aku belum mampu memikul semuanya sekaligus. Bantu aku menuju dewasa yang hakiki.
:’(

No comments: