Saturday, February 22, 2014

Melodyku

Kini...
Dengan bongkahan-bongkahan dosa aku menghadap-Mu
Dengan butir-butir penyesalan aku menghampiri-Mu...
Dengan puing-puing kecemasan aku bersimpuh di haribaan-Mu

Wahai Rabbku...
Dengarkanlah...
Dengarlah duka ini ku dendangkan...
Dengarlah jerit hati ku mainkan...
Dengarlah ritme rona ku nyanyikan...
Inilah sketsa yang ku ukir dalam hidup.

Jiwa ini...
Raga ini...
Kosong dan hampa...

Engkau datang dan membangunkan jasad yang tlah mati.
Menguburkan arwah yang terperangkap medan gersang.
Aku takut, jika aku ada di antara mereka kelak...
Tuhan, hukumlah aku...
Tapi jangan palingkan aku dari jannah-Mu...

Friday, February 21, 2014

Sebuah Sesal

Redup tirai emas yang membias kemerahan
Menghias hati dalam suasana kelabu,
Syahdu...                                                                                                                                     Se-syahdu  jiwa-jiwa mereka yang tenang di alam sana

Ya Allah…
Dalam gundah penuh keraguan aku menyapa-Mu
Menatap diriku sendiri yang terus berpaling
Sesekali dosa-dosa kusesali
Namun berjuta kali terus kuulangi
Betapa daku harus menghadap-Mu
Sedang seluruh urat syarafku selalu menceritakan kepalsuan
Sungguh tiada yang mendesakku, kecuali sebuah pengampunan-Mu
 “Barang siapa yang berbuat kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya akan diberi (balasan).”

“Dan barang siapa yang berbuat kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya akan melihat (balasan)nya pula.”




Tuesday, February 18, 2014

SESALKU

Lemah, tua, keriput dunia
Mulai terasa semakin dekat
Kerentaan pun semakin jelas terlihat
Sedang aku hanya duduk manis menopangkan dagu

                Kemana...
                Kemanakah waktu itu beranjak
                Aku hanya terdiam dalam kevakuman
                Mengutuk diri sendiri

Apakah Engkau tau apa yang aku pikirkan?
“YA” tapi aku “TIDAK.”
Lembaran kehidupanku semakin kusam
Banyak coretan yang bernoda, sedang aku tak ambil peduli

             Engkau tawarkan madu sebagai obat
            Tapi ku memilih tuba beracun...
Engkau tawarkan kenikmatan yang sesungguhnya
Tapi Surga dunia lebih menggiurkan

Ribuan mil kutempuh, namun aku tak melirik-Mu
Kesibukan kian butakan mata

Kini...
Aku hanya menatap pasi potretku
potret yang slama ini ku bangga
Terbujur lemah di pembaringan...
Kaku, diam, tak bernyawa...
Ketika Nungkar-Nangkir menyapa

Aku merintih seraya berkata 
“TUHAN KEMBALIKAN AKU KE DUNIA, AKU AKAN BERTAUBAT!”

               

                                                                                                                             

Saturday, February 22, 2014

Melodyku

Kini...
Dengan bongkahan-bongkahan dosa aku menghadap-Mu
Dengan butir-butir penyesalan aku menghampiri-Mu...
Dengan puing-puing kecemasan aku bersimpuh di haribaan-Mu

Wahai Rabbku...
Dengarkanlah...
Dengarlah duka ini ku dendangkan...
Dengarlah jerit hati ku mainkan...
Dengarlah ritme rona ku nyanyikan...
Inilah sketsa yang ku ukir dalam hidup.

Jiwa ini...
Raga ini...
Kosong dan hampa...

Engkau datang dan membangunkan jasad yang tlah mati.
Menguburkan arwah yang terperangkap medan gersang.
Aku takut, jika aku ada di antara mereka kelak...
Tuhan, hukumlah aku...
Tapi jangan palingkan aku dari jannah-Mu...

Friday, February 21, 2014

Sebuah Sesal

Redup tirai emas yang membias kemerahan
Menghias hati dalam suasana kelabu,
Syahdu...                                                                                                                                     Se-syahdu  jiwa-jiwa mereka yang tenang di alam sana

Ya Allah…
Dalam gundah penuh keraguan aku menyapa-Mu
Menatap diriku sendiri yang terus berpaling
Sesekali dosa-dosa kusesali
Namun berjuta kali terus kuulangi
Betapa daku harus menghadap-Mu
Sedang seluruh urat syarafku selalu menceritakan kepalsuan
Sungguh tiada yang mendesakku, kecuali sebuah pengampunan-Mu
 “Barang siapa yang berbuat kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya akan diberi (balasan).”

“Dan barang siapa yang berbuat kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya akan melihat (balasan)nya pula.”




Tuesday, February 18, 2014

SESALKU

Lemah, tua, keriput dunia
Mulai terasa semakin dekat
Kerentaan pun semakin jelas terlihat
Sedang aku hanya duduk manis menopangkan dagu

                Kemana...
                Kemanakah waktu itu beranjak
                Aku hanya terdiam dalam kevakuman
                Mengutuk diri sendiri

Apakah Engkau tau apa yang aku pikirkan?
“YA” tapi aku “TIDAK.”
Lembaran kehidupanku semakin kusam
Banyak coretan yang bernoda, sedang aku tak ambil peduli

             Engkau tawarkan madu sebagai obat
            Tapi ku memilih tuba beracun...
Engkau tawarkan kenikmatan yang sesungguhnya
Tapi Surga dunia lebih menggiurkan

Ribuan mil kutempuh, namun aku tak melirik-Mu
Kesibukan kian butakan mata

Kini...
Aku hanya menatap pasi potretku
potret yang slama ini ku bangga
Terbujur lemah di pembaringan...
Kaku, diam, tak bernyawa...
Ketika Nungkar-Nangkir menyapa

Aku merintih seraya berkata 
“TUHAN KEMBALIKAN AKU KE DUNIA, AKU AKAN BERTAUBAT!”