Thursday, December 26, 2013

Reka Ulang Jejak Yang Tertinggal

Roda waktu berputar cepat
Berpindah dari 1 titik ke titik yang lain
26 desember 2004
Aceh memenggal banyak cerita

26 desember 2004
Gambaran dimana ombak membalut daratan
Menggulung dan menghempaskan kembali tanpa sisa
Ribuan mayat terdampar bak ikan asin yang terjemur di siang bolong

Tak ada yang kuasa...
Tangis-tangis manyak mulai terdengar mengharap iba
Perut-perut keroncong mulai memainkan aksinya
Mengharap bantuan datang segera.

26 desember 2004
Aceh ku merana...
Aceh ku merintih...
Acehku ku menangis...


Kini...
Tepat 9 tahun berlalu
Aceh ku  mencoba bangkit dari kegalauannya
Menelan habis luka lama  yang menyayat jiwa
Lalu mulai menenun kembali, jejak-jejak yang sempat terkoyak sebelumnya
 
Google.com















                                                                                                               Banda Aceh, 26 Desember 2013

Sunday, December 22, 2013

Aksara Cinta di Perantauan


Saat kedua  kristal aswad merekah....
Aku hanya mampu menangis dan menangis...
Dinding-dinding  beku itu seolah ingin menelanku  hidup-hidup
Aku tersadar...
Kalau aku tidaklah sendiri.
 Kulihat seseorang diujung  retina
Sedang  tersenyum ke arahku.
Katanya, aku boleh memanggilnya ibu
Sesaat aku hanya bisa menikmati sentuhan-sentuhan hangatnya..
Membelai lembut wajahku.
Aku tak bergeming...
Saat bibirnya mulai mengecup rona pipiku.
Hingga aku bungkam dan berhenti terisak
Ibu...
Perasaan, baru kemaren sore engkau menggendong dan  menina bobokkan diriku
Namun saat ku terjaga,  aku justru menemukan tubuhku  telah bermetamorfosis menjadi tumbuh semakin dewasa.
ibu...
bolehkah aku meminta sesuatu padamu?
Tidak bu...
Aku tidak akan meminta lagi yang aneh-aneh  seperti dulu.
Yang  ku inginkan hanya satu.

“ Ibu, Izinkan aku membahagiakanmu.  Sebelum raga ini  melepuh , kembali kepada Sang Pencipta”.
Little Nawra

Thursday, December 12, 2013

SEMUA TENTANGMU

Apa kabar ibu tersayang???
Tak ada kenikmatan yang paling indah selain bersamamu mengucap syukur.
Engkau telah merawat, menjaga dan menyayang..
Hingga aku tumbuh seperti bayi yang lain, aktif dan gak bisa diam.
Engkau tak pernah memarahiku saat gelas kesayanganmu tiba-tiba pecah berhamburan dilantai akibat ulahku.
Dengan sabar engkau menjauhiku dari pecahan beling itu, agar aku tak menginjaknya dan terluka.

Ibu...
Engkau tak pernah mengeluh saat aku mulai bosan dengan semua yang kulakukan.
Dengan tabah engkau menghiburku dengan cerita-cerita lucu, agar aku semangat lagi.

Ibu...
Pernah suatu hari engkau pura-pura kenyang, hanya karna waktu itu aku menangis kelaparan dan tak kutemukan apa-apa selain 1 bungkus roti yang kau beli 2 hari lalu.
Dengan ikhlas engkau memberikan semuanya, dan dengan rakus pula aku menghabisinya tanpa menyisakan untukmu.
Bahkan engkau masih saja tersenyum saat aku terkadang enggan menuruti apa katamu.

Ibu...
Engkau slalu berbaik sangka kepadaku
Meski terkadang aku sering berbohong sekalipun.
Ibu...
Tak ada yang mampu setegar dirimu...
Setabah kasih sayangmu...
Setulus cinta sucimu...
Demi sang buah hati,,,, engkau pun rela menggadaikan kebahagiaan separuh hidupmu.

Ya...
Demi aku, anakmu.

Pernah suatu hari, aku mengintipmu terisak di atas sajadah biru kesayanganmu
Waktu itu aku tak tau harus bagaimana.
Aku hanya mematung, bak tengkorak hidup tak berarti.
Saat itu, aku sungguh merasa bersalah...
Seolah dosa-dosa ku slama ini mengadili dan menyeretku ke lembah lorong gelap dan panas.
Aku ikut terisak dalam tegak..

Diam-diam ku paksakan langkah ini menghampirimu...
Kurangkul tubuhmu yang terbalut mukena.
Disitu aku menumpahkan segalanya...
Aku menangis, bagai anak kecil yang tlah diambil mainannya.
Lalu engkau membalas pelukku...
Menenangkan aku, agar aku berhenti menangis.

 “Sayang, jangan menangis lagi. Bagi ibu, engkaulah malaikat terindah yang tiada duanya. Jika engkau menangis, maka langitpun ikut berduka atas tangismu.” Seolah kata-kata itu  bagai peluru perak yang menghujam dahaga jiwa yang kemarau. 

Disela-sela isakku, aku merasakan ada 1 titik embun ikut tertuang di pipimu. 
“Ibu, engkau juga menangis.”
Peluk cium untukmu ibu...


Dek Aris, Kak Rha, Dek Fat

Thursday, December 26, 2013

Reka Ulang Jejak Yang Tertinggal

Roda waktu berputar cepat
Berpindah dari 1 titik ke titik yang lain
26 desember 2004
Aceh memenggal banyak cerita

26 desember 2004
Gambaran dimana ombak membalut daratan
Menggulung dan menghempaskan kembali tanpa sisa
Ribuan mayat terdampar bak ikan asin yang terjemur di siang bolong

Tak ada yang kuasa...
Tangis-tangis manyak mulai terdengar mengharap iba
Perut-perut keroncong mulai memainkan aksinya
Mengharap bantuan datang segera.

26 desember 2004
Aceh ku merana...
Aceh ku merintih...
Acehku ku menangis...


Kini...
Tepat 9 tahun berlalu
Aceh ku  mencoba bangkit dari kegalauannya
Menelan habis luka lama  yang menyayat jiwa
Lalu mulai menenun kembali, jejak-jejak yang sempat terkoyak sebelumnya
 
Google.com















                                                                                                               Banda Aceh, 26 Desember 2013

Sunday, December 22, 2013

Aksara Cinta di Perantauan


Saat kedua  kristal aswad merekah....
Aku hanya mampu menangis dan menangis...
Dinding-dinding  beku itu seolah ingin menelanku  hidup-hidup
Aku tersadar...
Kalau aku tidaklah sendiri.
 Kulihat seseorang diujung  retina
Sedang  tersenyum ke arahku.
Katanya, aku boleh memanggilnya ibu
Sesaat aku hanya bisa menikmati sentuhan-sentuhan hangatnya..
Membelai lembut wajahku.
Aku tak bergeming...
Saat bibirnya mulai mengecup rona pipiku.
Hingga aku bungkam dan berhenti terisak
Ibu...
Perasaan, baru kemaren sore engkau menggendong dan  menina bobokkan diriku
Namun saat ku terjaga,  aku justru menemukan tubuhku  telah bermetamorfosis menjadi tumbuh semakin dewasa.
ibu...
bolehkah aku meminta sesuatu padamu?
Tidak bu...
Aku tidak akan meminta lagi yang aneh-aneh  seperti dulu.
Yang  ku inginkan hanya satu.

“ Ibu, Izinkan aku membahagiakanmu.  Sebelum raga ini  melepuh , kembali kepada Sang Pencipta”.
Little Nawra

Thursday, December 12, 2013

SEMUA TENTANGMU

Apa kabar ibu tersayang???
Tak ada kenikmatan yang paling indah selain bersamamu mengucap syukur.
Engkau telah merawat, menjaga dan menyayang..
Hingga aku tumbuh seperti bayi yang lain, aktif dan gak bisa diam.
Engkau tak pernah memarahiku saat gelas kesayanganmu tiba-tiba pecah berhamburan dilantai akibat ulahku.
Dengan sabar engkau menjauhiku dari pecahan beling itu, agar aku tak menginjaknya dan terluka.

Ibu...
Engkau tak pernah mengeluh saat aku mulai bosan dengan semua yang kulakukan.
Dengan tabah engkau menghiburku dengan cerita-cerita lucu, agar aku semangat lagi.

Ibu...
Pernah suatu hari engkau pura-pura kenyang, hanya karna waktu itu aku menangis kelaparan dan tak kutemukan apa-apa selain 1 bungkus roti yang kau beli 2 hari lalu.
Dengan ikhlas engkau memberikan semuanya, dan dengan rakus pula aku menghabisinya tanpa menyisakan untukmu.
Bahkan engkau masih saja tersenyum saat aku terkadang enggan menuruti apa katamu.

Ibu...
Engkau slalu berbaik sangka kepadaku
Meski terkadang aku sering berbohong sekalipun.
Ibu...
Tak ada yang mampu setegar dirimu...
Setabah kasih sayangmu...
Setulus cinta sucimu...
Demi sang buah hati,,,, engkau pun rela menggadaikan kebahagiaan separuh hidupmu.

Ya...
Demi aku, anakmu.

Pernah suatu hari, aku mengintipmu terisak di atas sajadah biru kesayanganmu
Waktu itu aku tak tau harus bagaimana.
Aku hanya mematung, bak tengkorak hidup tak berarti.
Saat itu, aku sungguh merasa bersalah...
Seolah dosa-dosa ku slama ini mengadili dan menyeretku ke lembah lorong gelap dan panas.
Aku ikut terisak dalam tegak..

Diam-diam ku paksakan langkah ini menghampirimu...
Kurangkul tubuhmu yang terbalut mukena.
Disitu aku menumpahkan segalanya...
Aku menangis, bagai anak kecil yang tlah diambil mainannya.
Lalu engkau membalas pelukku...
Menenangkan aku, agar aku berhenti menangis.

 “Sayang, jangan menangis lagi. Bagi ibu, engkaulah malaikat terindah yang tiada duanya. Jika engkau menangis, maka langitpun ikut berduka atas tangismu.” Seolah kata-kata itu  bagai peluru perak yang menghujam dahaga jiwa yang kemarau. 

Disela-sela isakku, aku merasakan ada 1 titik embun ikut tertuang di pipimu. 
“Ibu, engkau juga menangis.”
Peluk cium untukmu ibu...


Dek Aris, Kak Rha, Dek Fat