Apa kabar ibu
tersayang???
Tak ada kenikmatan yang
paling indah selain bersamamu mengucap syukur.
Engkau telah merawat,
menjaga dan menyayang..
Hingga aku tumbuh
seperti bayi yang lain, aktif dan gak bisa diam.
Engkau tak pernah
memarahiku saat gelas kesayanganmu tiba-tiba pecah berhamburan dilantai akibat
ulahku.
Dengan sabar engkau
menjauhiku dari pecahan beling itu, agar aku tak menginjaknya dan terluka.
Ibu...
Engkau tak pernah
mengeluh saat aku mulai bosan dengan semua yang kulakukan.
Dengan tabah engkau
menghiburku dengan cerita-cerita lucu, agar aku semangat lagi.
Ibu...
Pernah suatu hari
engkau pura-pura kenyang, hanya karna waktu itu aku menangis kelaparan dan tak
kutemukan apa-apa selain 1 bungkus roti yang kau beli 2 hari lalu.
Dengan ikhlas engkau
memberikan semuanya, dan dengan rakus pula aku menghabisinya tanpa menyisakan
untukmu.
Bahkan engkau masih saja
tersenyum saat aku terkadang enggan menuruti apa katamu.
Ibu...
Engkau slalu berbaik
sangka kepadaku
Meski terkadang aku
sering berbohong sekalipun.
Ibu...
Tak ada yang mampu
setegar dirimu...
Setabah kasih
sayangmu...
Setulus cinta sucimu...
Demi sang buah hati,,,,
engkau pun rela menggadaikan kebahagiaan separuh hidupmu.
Ya...
Demi aku, anakmu.
Pernah suatu hari, aku
mengintipmu terisak di atas sajadah biru kesayanganmu
Waktu itu aku tak tau
harus bagaimana.
Aku hanya mematung, bak
tengkorak hidup tak berarti.
Saat itu, aku sungguh
merasa bersalah...
Seolah dosa-dosa ku
slama ini mengadili dan menyeretku ke lembah lorong gelap dan panas.
Aku ikut terisak dalam
tegak..
Diam-diam ku paksakan
langkah ini menghampirimu...
Kurangkul tubuhmu yang
terbalut mukena.
Disitu aku menumpahkan
segalanya...
Aku menangis, bagai
anak kecil yang tlah diambil mainannya.
Lalu engkau membalas
pelukku...
Menenangkan aku, agar
aku berhenti menangis.
“Sayang, jangan menangis lagi. Bagi ibu,
engkaulah malaikat terindah yang tiada duanya. Jika engkau menangis, maka
langitpun ikut berduka atas tangismu.” Seolah kata-kata itu bagai peluru perak yang menghujam dahaga jiwa
yang kemarau.
Disela-sela isakku, aku merasakan ada 1 titik embun ikut tertuang
di pipimu.
“Ibu, engkau juga menangis.”
Peluk cium untukmu
ibu...
|
Dek Aris, Kak Rha, Dek Fat |