Laa ila haillallaahu Allaahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamdu.
Alhamdulillah,
ramadhan sudah berlalu. Ada banyak cerita yang tak pernah terlupa di sana.
Bahkan di sa’at-sa’at terakir perjumpaan dengan ramadhan, ada rasa kehilangan
yang amat sangat menyayat. Mudah-mudahan Allah Swt. Mempertemukan lagi
dengannya tahun depan. Amien...
***
Aku menulis ini
tepat setelah bersilaturrahmi ke rumah nenek, siang senin. Rasanya sangat
hambar bila moment berharga seperti ini tidak diabadikan. Karna saya tak punya
camera L-300 (baca: C-60) maka saya abadikan moment ini dalam sebuah tulisan.
Apakah tulisan ini layak dikonsumsi atau
tidak, entahlah. Kalian yang akan menilai.
Bisa dibilang ramadhan kali ini, aku sangat beruntung. Sebab aku
bisa melakukan apa saja yang tidak aku lakukan di tahun-tahun sebelumnya. “PUTRI
TEBU” adalah gelar yang kusemat sendiri, bukan karna aku semanis tebu atau
selangsing pucuknya. Tidak, itu sama sekali bohong. Tapi, aku menyebut putri
tebu karna aku adalah anak perempuan si penjual tebu. Menarik bukan? Yah, aku
tak pernah malu mengatakan sebenarnya. Sebab aku bangga dengan pekerjaan itu.
selama masih halal dan tayyib mudah-mudahan Allah ridha. Setiap harinya aku
selalu duduk menemani ayah menjual air tebu, walau terkadang mamak juga sering nangkring
menggantikan posisiku. Tapi yang jelas, kalau aku tidak menjual air tebu hari
itu bukan karna aku MALU, namun lebih tepatnya aku gantiin posisi mamak
di dapur. Hehe...
Begitulah hari-hariku selama ramadhan, di samping itu, aku juga
melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya. Seperti target di pohon ramadhan yang
sudah aku tanam sejak awal bulan lalu. Alhamdulillah, sedikit banyak aku sudah
memanen beberapa buah segar, meski masih ada beberapa yang kecut, lantaran aku
masih sering lalai dan lupa.
Tepat malam minggu, akhirnya takbir itu pun memecah kesunyian
malam. Sayangnya hanya sesa’at. Bahkan di sebagian pelosok desa, masih banyak
yang melaksanakan shalat teraweh. Kebimbangan dan keraguan mulai mengguluti
perasaan anak adam satu-satu, tak bisa dipungkiri, bahwa sebagian mereka mulai
kecewa lantaran dapat informasi lebaran di tunda senin pagi. Begitu juga dengan
kami sekeluarga. Aku, adik-adik juga kedua orangtuaku masih melaksanakan sahur
pukul 04.00, yah, kami masih beranggapan bahwa lebaran benar-benar ditunda. Hingga
sa’at shubuh keadaan kembali berubah. Mamak
memutar chanel entah dimana, lalu ia melihat rapat nisbat akan keputusan
penetapan lebaran. Wal hasil, kami kembali tersenyum, sebab di daerah kami
lebaran pun kembali dirayakan. Alhamdulillah...
Pagi-pagi buta, setelah shalat shubuh, kami meluncur ke sungai
untuk membersihkan badan sekaligus niat mandi lebaran. Bukan karna musim
kemarau panjang tiba, tapi lebih karna sumber air bersihnya meledak. Jadi kami
memanfa’atkan sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah beberapa
minggu lalu aku dan keluarga mandi alakadarnya. Bahkan tak jarang kami selalu
menunda semua kegiatan yang bisa menguras banyak air hingga 2-3 hari, namun untuk MAKAN itu NOMOR
1 :D
Pulang dari sungai, takbir pun kembali bergema. Setelah semua siap,
kami sekeluarga berangkat ke masjid lebih cepat dari biasanya dan kami
sekeluarga beruntung sebab mendapatkan shaff paling depan dan paling nyaman. Dari
sepanjang tahun ini, ramadhan dan lebaran 2014 lah yang paling berkesan. Aku bisa
berbagi, meski itu hanya sedikit...
No comments:
Post a Comment