Tuesday, July 15, 2014

ARAN!!!

Seburat mega terukir indah di kaki langit. Berbagai bentuk potret terpampang di sana. Sejak 4 bulan terakir, taman inilah yang menjadi satu-satunya alasan kenapa aku sanggup berlama-lama di sini. Bahkan, orangtuaku pun tau kemana harus mencari putri semata wayangnya. Toh mereka juga tidak pernah mempermasalahkan kepergianku. 
Justru di taman inilah aku menemukan cerita baru. Cerita tentang seekor larva yang berjuang mati-matian, hanya untuk bisa bertahan hidup. Ketika hujan datang, ia pasrah tak berkutik. Ketika badai menerjang ia tetap saja bungkam tak berani menentang. Hingga dipenghujung penantian larva na’as itupun menjelmai peri cantik, bernama kupu-kupu. Ia bahkan tak menyadari bahwa di balik kelemahan dan kepasrahannya selama ini, ia justru tercipta untuk menandingi keindahan Ratu Issabella. Kehadirannya acap kali menjadikan para muda-mudi berhenti untuk menikmati liukan-liukan sayapnya yang memukau.
Ketika aku asik melamun, seseorang datang dan duduk tepat di sampingku. Entah itu tak sengaja atau mungkin juga karna ia kasian melihat seorang cewek bodoh termangu sendirian di taman.
Aku tak peduli atas kehadirannya. Pikiranku terus berkelana menentang imaji, menerawang menembus cakrawala. Tapi, lamunanku segera buyar , ketika sosok itu berpindah tempat, tepat  di hadapanku. Ia tersenyum sumringah, mencoba mencairkan suasana. Deretan giginya berjejer rapi dan bersih seperti di iklan close up.  Aku membalas senyum mautnya dengan hambar, lalu menerobos kembali dunia alam bawah sadar.
Arlojiku terhenti tepat di angka 18.00 sore. Itu artinya, aku sudah hampir seharian bergurau dengan para ilalang. Sesekali burindam juga datang, menghembus perlahan ke arahku sambil mendendangkan syair-syair cinta .
Meski aku masih ingin berlama-lama di taman, namun tetap saja ku paksakan kaki ini untuk segera kembali sebelum langit sempurna gelap. Senja mulai keemasan, ku lihat di sekeliling hanya aku dan seorang... ya seseorang yang aku tak tau siapa dan di mana rimbanya, pun  aku enggan mencari tau.
Dia hanya tersenyum memecahkan kesenjangan antara kami, sambil terus menjajarkan langkahnya di sebelah kananku.
“Betah juga ya Ukh, berlama-lama di sana?” tanyanya memulai obrolan.
Aku hanya tersenyum getir membalasnya. “Jika sekarang ini masih pagi, maka aku masih di tempat yang sama.” Lanjutku!
“Nama Ukhti siapa? Sejak saya pindah ke daerah dekat sini, beberapa hari lalu, saya selalu menemukan ukhti termenung dan berlama-lama di tempat itu, apa tidak bosan?” Dia terus berceloteh tanpa henti. “Panggil aku ARAN!” Aku sengaja tak menjawab pertanyaannya yang lain, bagiku itu tidak lebih dari sekedar basa-basi. Dia kembali tersenyum, kali ini ia memilih bungkam. Membiarkan pikiran masing-masing berkelana.
"ARAN"

No comments:

Tuesday, July 15, 2014

ARAN!!!

Seburat mega terukir indah di kaki langit. Berbagai bentuk potret terpampang di sana. Sejak 4 bulan terakir, taman inilah yang menjadi satu-satunya alasan kenapa aku sanggup berlama-lama di sini. Bahkan, orangtuaku pun tau kemana harus mencari putri semata wayangnya. Toh mereka juga tidak pernah mempermasalahkan kepergianku. 
Justru di taman inilah aku menemukan cerita baru. Cerita tentang seekor larva yang berjuang mati-matian, hanya untuk bisa bertahan hidup. Ketika hujan datang, ia pasrah tak berkutik. Ketika badai menerjang ia tetap saja bungkam tak berani menentang. Hingga dipenghujung penantian larva na’as itupun menjelmai peri cantik, bernama kupu-kupu. Ia bahkan tak menyadari bahwa di balik kelemahan dan kepasrahannya selama ini, ia justru tercipta untuk menandingi keindahan Ratu Issabella. Kehadirannya acap kali menjadikan para muda-mudi berhenti untuk menikmati liukan-liukan sayapnya yang memukau.
Ketika aku asik melamun, seseorang datang dan duduk tepat di sampingku. Entah itu tak sengaja atau mungkin juga karna ia kasian melihat seorang cewek bodoh termangu sendirian di taman.
Aku tak peduli atas kehadirannya. Pikiranku terus berkelana menentang imaji, menerawang menembus cakrawala. Tapi, lamunanku segera buyar , ketika sosok itu berpindah tempat, tepat  di hadapanku. Ia tersenyum sumringah, mencoba mencairkan suasana. Deretan giginya berjejer rapi dan bersih seperti di iklan close up.  Aku membalas senyum mautnya dengan hambar, lalu menerobos kembali dunia alam bawah sadar.
Arlojiku terhenti tepat di angka 18.00 sore. Itu artinya, aku sudah hampir seharian bergurau dengan para ilalang. Sesekali burindam juga datang, menghembus perlahan ke arahku sambil mendendangkan syair-syair cinta .
Meski aku masih ingin berlama-lama di taman, namun tetap saja ku paksakan kaki ini untuk segera kembali sebelum langit sempurna gelap. Senja mulai keemasan, ku lihat di sekeliling hanya aku dan seorang... ya seseorang yang aku tak tau siapa dan di mana rimbanya, pun  aku enggan mencari tau.
Dia hanya tersenyum memecahkan kesenjangan antara kami, sambil terus menjajarkan langkahnya di sebelah kananku.
“Betah juga ya Ukh, berlama-lama di sana?” tanyanya memulai obrolan.
Aku hanya tersenyum getir membalasnya. “Jika sekarang ini masih pagi, maka aku masih di tempat yang sama.” Lanjutku!
“Nama Ukhti siapa? Sejak saya pindah ke daerah dekat sini, beberapa hari lalu, saya selalu menemukan ukhti termenung dan berlama-lama di tempat itu, apa tidak bosan?” Dia terus berceloteh tanpa henti. “Panggil aku ARAN!” Aku sengaja tak menjawab pertanyaannya yang lain, bagiku itu tidak lebih dari sekedar basa-basi. Dia kembali tersenyum, kali ini ia memilih bungkam. Membiarkan pikiran masing-masing berkelana.
"ARAN"

No comments: