Tuesday, July 15, 2014

Aksara Cinta di Perantauan

Saat kedua  kristal aswad merekah....
Aku hanya mampu menangis dan menangis...
Dinding-dinding  beku itu seolah ingin menelanku  hidup-hidup

Aku tersadar...
Kalau aku tidaklah sendiri.
 Kulihat seseorang diujung  retina
Sedang  tersenyum ke arahku.
Katanya, aku boleh memanggilnya ibu

Sesaat aku hanya bisa menikmati sentuhan-sentuhan hangatnya..
Membelai lembut wajahku.

Aku tak bergeming...
Saat bibirnya mulai mengecup rona pipiku.
Hingga aku bungkam dan berhenti terisak

Ibu...
Perasaan, baru kemaren sore engkau menggendong dan  menina bobokkan diriku
Namun saat ku terjaga,  aku justru menemukan tubuhku  telah bermetamorfosis menjadi tumbuh semakin dewasa.

ibu...
bolehkah aku meminta sesuatu padamu?
Tidak bu...
Aku tidak akan meminta lagi yang aneh-aneh  seperti dulu.
Yang  ku inginkan hanya satu.
Special Moment
“ Ibu, Izinkan aku membahagiakanmu.  Sebelum raga ini  melepuh , kembali kepada Sang Pencipta”.

2 comments:

Azhar Penulis said...

puisi yang mengharu biru :-)

Unknown said...

Syukran bg@azhar udah mau mampir...
^_^

Tuesday, July 15, 2014

Aksara Cinta di Perantauan

Saat kedua  kristal aswad merekah....
Aku hanya mampu menangis dan menangis...
Dinding-dinding  beku itu seolah ingin menelanku  hidup-hidup

Aku tersadar...
Kalau aku tidaklah sendiri.
 Kulihat seseorang diujung  retina
Sedang  tersenyum ke arahku.
Katanya, aku boleh memanggilnya ibu

Sesaat aku hanya bisa menikmati sentuhan-sentuhan hangatnya..
Membelai lembut wajahku.

Aku tak bergeming...
Saat bibirnya mulai mengecup rona pipiku.
Hingga aku bungkam dan berhenti terisak

Ibu...
Perasaan, baru kemaren sore engkau menggendong dan  menina bobokkan diriku
Namun saat ku terjaga,  aku justru menemukan tubuhku  telah bermetamorfosis menjadi tumbuh semakin dewasa.

ibu...
bolehkah aku meminta sesuatu padamu?
Tidak bu...
Aku tidak akan meminta lagi yang aneh-aneh  seperti dulu.
Yang  ku inginkan hanya satu.
Special Moment
“ Ibu, Izinkan aku membahagiakanmu.  Sebelum raga ini  melepuh , kembali kepada Sang Pencipta”.

2 comments:

Azhar Penulis said...

puisi yang mengharu biru :-)

Unknown said...

Syukran bg@azhar udah mau mampir...
^_^