Tuesday, February 24, 2015

Ku Berikan Cermin, Maka Bersyukurlah!!!

Ada banyak tanda yang tak mampu diterjemahkan satu-satu, bahkan akal sering menolak daripada menerimanya. Sa’at sedang berjalan tiba-tiba jatuh, penyebabnya hanya sebongkah kerikil kecil yang tak sengaja kita injak. Atau sa’at kita minum tiba-tiba terbatuk. Hal ini sangat biasa, mungkin, namun kita melupakan sesuatu, bahwasanya sebalik itu ada Dzat yang Maha menggerakkan.

Sebut saja roda. Bila tak ada mesin yang menggerakkan, bagaimana mungkin dia bisa berputar. Ah, terlalu banyak basa-basi. Di sini saya ingin katakan bahwa, tidak selamanya kita akan makan yang sama, bahkan tak jarang juga kita tidak makan sama-sekali. Lantas mengapa kita harus berbusung dada, berjalan melenggak hanya karna sedikit kelebihan yang dititikan Allah.
Ok, hari ini kita bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, bermain dengan anak ayam atau ikut-ikutan menempah batu apik yang kini menjadi pembicaraan terhangat dikalangan tua-muda. Tidak. Belum tentu. Bisa saja besok, lusa atau nanti, bahagia itu akan menjelma lautan airmata karna kehilangan, karna kepergian, karna sakit, karna musibah. Macam-macam. Nah, dari situ, kita baru belajar, sudahkah kita mempersiapkan diri dengan keadaan apapun yang nanti akan kita hadapi. Apakah kita cukup dengan hanya berpangku tangan, melihat dan mendengar saja ketika ada saudara kita tertembak, terbakar, teriris bahkan tersayat? Apakah kita akan membantu menawarkan bahu untuk meringankan beban mereka, mengulurkan tangan untuk saling memapah atau kita akan duduk mengunci pintu sambil mendengar ayat-ayat setan di balik alat bernama headset?

Apakah engkau bisa menjanjikan bahwa bahagia itu hanya untuk orang yang berdasi, berbintang dan berpangkat? Sedang sengsara itu hanya bagi anak-anak yang mengadu nasib dengan mengumpulkan recehan di tepi jalan, menawarkan upahan di tiap-tiap rumah atau orang-orang yang beralaskan bumi dan beratapkan langit? Apa itu yang kau sebut takdir. Yang buta akan tetap buta karna takdir, yang tuli akan tetap tuli karna takdir, yang meminta akan terus meminta karna takdir, yang bermaksiat terus bermaksiat karna takdir? Apakah ini jawabannya?

Lalu untuk apa Allah swt menurunkan QS.Ar-ra’du : 11?

....إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ....

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” .
            
Tidakkah kita bercermin dari orang-orang sebelum kita? Bagaimana nasib mereka tatkala lupa dimana bumi tempat dia berpijak, dimana laut tempat dia berlayar, dimana hutan tempat bercocok tanam. Lantas, setelah cobaan itu datang, kita malah berlomba-lomba menuntut “TUHAN TIDAK ADIL” “TUHAN PILIH KASIH” begitukah cara kita bersyukur selama ini? Darah, daging, tulang dan kulit, ketika ditiupakan roh, maka jadilah kita, MANUSIA. Makhluk yang paling mulia sekalipun disandingkan dengan golongan malaikat dan jin. Pantaskah kita menuntut hak sedag kita sendiri hidup di istana. Hak apalagi yang kita inginkan, sedang segala kebutuhan sudah disediakan. Berterimakasih. Yah, berterimakasihlah setidaknya 1 hari 5x tiap usai bersujud. Disitulah engkau benar-benar menjadi manusia yang bersyukur.




No comments:

Tuesday, February 24, 2015

Ku Berikan Cermin, Maka Bersyukurlah!!!

Ada banyak tanda yang tak mampu diterjemahkan satu-satu, bahkan akal sering menolak daripada menerimanya. Sa’at sedang berjalan tiba-tiba jatuh, penyebabnya hanya sebongkah kerikil kecil yang tak sengaja kita injak. Atau sa’at kita minum tiba-tiba terbatuk. Hal ini sangat biasa, mungkin, namun kita melupakan sesuatu, bahwasanya sebalik itu ada Dzat yang Maha menggerakkan.

Sebut saja roda. Bila tak ada mesin yang menggerakkan, bagaimana mungkin dia bisa berputar. Ah, terlalu banyak basa-basi. Di sini saya ingin katakan bahwa, tidak selamanya kita akan makan yang sama, bahkan tak jarang juga kita tidak makan sama-sekali. Lantas mengapa kita harus berbusung dada, berjalan melenggak hanya karna sedikit kelebihan yang dititikan Allah.
Ok, hari ini kita bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, bermain dengan anak ayam atau ikut-ikutan menempah batu apik yang kini menjadi pembicaraan terhangat dikalangan tua-muda. Tidak. Belum tentu. Bisa saja besok, lusa atau nanti, bahagia itu akan menjelma lautan airmata karna kehilangan, karna kepergian, karna sakit, karna musibah. Macam-macam. Nah, dari situ, kita baru belajar, sudahkah kita mempersiapkan diri dengan keadaan apapun yang nanti akan kita hadapi. Apakah kita cukup dengan hanya berpangku tangan, melihat dan mendengar saja ketika ada saudara kita tertembak, terbakar, teriris bahkan tersayat? Apakah kita akan membantu menawarkan bahu untuk meringankan beban mereka, mengulurkan tangan untuk saling memapah atau kita akan duduk mengunci pintu sambil mendengar ayat-ayat setan di balik alat bernama headset?

Apakah engkau bisa menjanjikan bahwa bahagia itu hanya untuk orang yang berdasi, berbintang dan berpangkat? Sedang sengsara itu hanya bagi anak-anak yang mengadu nasib dengan mengumpulkan recehan di tepi jalan, menawarkan upahan di tiap-tiap rumah atau orang-orang yang beralaskan bumi dan beratapkan langit? Apa itu yang kau sebut takdir. Yang buta akan tetap buta karna takdir, yang tuli akan tetap tuli karna takdir, yang meminta akan terus meminta karna takdir, yang bermaksiat terus bermaksiat karna takdir? Apakah ini jawabannya?

Lalu untuk apa Allah swt menurunkan QS.Ar-ra’du : 11?

....إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ....

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” .
            
Tidakkah kita bercermin dari orang-orang sebelum kita? Bagaimana nasib mereka tatkala lupa dimana bumi tempat dia berpijak, dimana laut tempat dia berlayar, dimana hutan tempat bercocok tanam. Lantas, setelah cobaan itu datang, kita malah berlomba-lomba menuntut “TUHAN TIDAK ADIL” “TUHAN PILIH KASIH” begitukah cara kita bersyukur selama ini? Darah, daging, tulang dan kulit, ketika ditiupakan roh, maka jadilah kita, MANUSIA. Makhluk yang paling mulia sekalipun disandingkan dengan golongan malaikat dan jin. Pantaskah kita menuntut hak sedag kita sendiri hidup di istana. Hak apalagi yang kita inginkan, sedang segala kebutuhan sudah disediakan. Berterimakasih. Yah, berterimakasihlah setidaknya 1 hari 5x tiap usai bersujud. Disitulah engkau benar-benar menjadi manusia yang bersyukur.




No comments: