Maaf,
jika aku lancang menulismu aksara ini..
Terlalu
klise bila aku terus-terusan bermain kata..
Jujur...
Hanya
itu yang ku bisa...
Tak
lebih.
Sahabat...
Mungkin
engkau berpikir kalau aku terlalu sombong soal menilai...
Terlalu
ego hanya untuk mengakui kesalahan yang sengaja ku perbuat..
Tapi
engkau tak pernah ambil pusing...
Dengan
senyum 2x7-mu..
Engkau
tlah taklukkan keangkuhan
Sahabat...
Lagi-lagi
aku hanya bisa menulis..
Yah,
aku hanya mampu menulis, tanpa bisa berpikir lebih jauh..
Sadarku...
aku tlah menyakiti hatimu dalam-dalam...
Menancapkan
beling-beling tersebut satu-satu.
Mungkin
kali ini engkau sulit memaafkan...
Hanya
karna aku ambil peduli dengan satu kata yang kau anggap biasa
“BELAGU”
Sahabat...
Sejujurnya
aku tak bermaksud...
Aku
sadar, kala itu aku terlalu rapuh...
Sandaranku
tlah lama lumpuh
Sehingga
aku pergi melarikan diri...
Tanpa
pernah melihat ke belakang.
Sahabat...
Sampai
kapan engkau terus mendiamiku seperti ini???
Aku
tak sanggup bila harus mematung...
Tak
sanggup bila harus berpura-pura buta...
Sedang
engkau, jelas di depanku.
Sahabat...
Bisakah
aku menebusnya???
Akankah
aku memperolah kesempatan itu???
Aku
tak bermaksud...
Aku
benar-benar dikalahkan oleh nafsu...
Tak
bisa mengelak meski diinjak sekalipun..
Sahabat...
Ku
mohon...
Izinkanlah
ku nikmati canda tawamu yang dulu...
Sahabat...
Kekosongan
tlah jauh mengisi hari-hariku yang sekarang...
Untuk
tertawa saja, aku harus menggigit jari...
Tak
pernah terasa sakit, karna aku terus mengulangnya berkali-kali...
Sahabat...
Tahukah
engkau...
Kelam,
buram, legam...
Kini
menelanku diam-diam.
No comments:
Post a Comment