Tangis
menyeruak relung
Menanggalkan
perih dalam duka
Tak ada
tanda-tanda kehidupan setelah ini
Mata-mata
sendu hanya bisa menatap dalam kebisuan
Dimana
keadilan itu??
Kemana
sang pejuang cinta
Yang
slama ini diagung-agungkan??
Aku hanya
titipan dari Sang Khalik
Pusaka untuk
anak cucu
Kini... aku
dijadikan boneka
Oleh sang
penguasa kehancuran
Kekejaman
adalah pilihan utama
Deru
mesin bertalu...
Merong-rong
setiap jiwa yang sepi
Asap
bergumpalan meneggelamkan cinta yang tlah lama mati
Sunyi... hening... bertaut jadi satu.
Masih ada
yang lain
Mereka
mengorek perutku tanpa ampun
Tangan-tangan
besi menari dengan eloknya
Merenggut,
membasmi, menghantam
Segala yang
ku punya dengan paksa
Aku tak sanggup bila harus bertahan
Berdiam,
mematung dan berpangku tangan
Siang-malam
adalah sama
Aku dijadikan
kelinci percobaan
Diamlah...
Dengarkan
jeritan ini mengharu biru
Mengiris
setiap jiwa dalam kevakuman
Isakku
tlah lama menganak sungai
Namun
semua enggan menolong
Kini akan ku
tanggalkan segala yang kupunya
Kan ku sumpal
perut-perut penjilat dengan seonggok keserakahan
Meski
mereka menelan keringat darah sekalipun
Aku tak
peduli
Biarlah karma
yang membalas
Aku akan
pergi, menghadap Ilahi
No comments:
Post a Comment